PENDIDIKAN SENI ANAK PAUD
oleh : igustiarya@gmail,com
Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional.
Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas.
Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.
Dalam pembelajaran seni musik dan seni tari anak usia dini secara umum pendekatan pembelajarannya ada 3 diantaranya :
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
Pengertian pendidikan seni anak adalah usaha sadar manusia dengan menggunakan medium seni (musik, tari, dan rupa) untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pendidikan seni untuk anak usia dini.
Tujuan Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini :
- Melatih fisik motorik anak.
- Melatih perkembangan kognitif, afektif.
- Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa.
- Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak.
- Menanamkan nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis).
- Melestarikan Budaya Indonesia.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran musik dan tari di AUD. Ciri-ciri bentuk musik dan tari AUD adalah: musik dan tarinya bertema, musik dan gerak tariannya bersifat tiruan (gerak imitatif), musik dan gerak tarinya lebih variatif, bentuk penyajian musik dan tarinya kurang lebih 5 menit.
Daftar Pustaka
Endang Caturwati, et. al. (2008). Tari Anak-Anak dan Permasalahannya. Bandung : Sunan Ambu STSI Press.
Dinas Kebudayaan, ( 1988 ), Pedoman Pendidikan Kesenian, Jakarta.
La Mery. (1965). Dance Composition: The Bacis Ellement. Lee Massachutuseets: Jakob’s Pillow Dance Festival.
Petro Alexy dan Dewi Hafianti. (2001). Ayo Menari. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Smith. M. Jacqueline. (1994). The Art of Dance In Education. London: A&C Black.
Sri Hermawati Dwi Arini, dkk. Seni Budaya Jilid 1. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Soedarsono, (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yulianti Parani, dkk. (1990). Tari Pendidikan. Jakarta: Departemen Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.
Widia Pekerti, dkk. (2005). Metode Pengembangan Seni TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sabtu, 22 Januari 2011
Rabu, 05 Januari 2011
PROFIL PENDIDIKAN SENI ANAK
Kesenian tradisional, makin hari makin tertinggal akibat adanya modernisasi. Namun tetap seni adalah salah satu aset yang dimiliki negeri kita ini. Salah satu seni yang masih eksis sampai saat ini adalah seni tari bali. Diantara banyak orang yang sudah mulai meninggalkan seni tradisional dan beralih ke seni modern, ternyata masih ada seseorang yang cinta seni dan peduli dengan seni tradisional, bahkan seni tradisional telah dijadikan bagian dari profesinya.
I Gusti Komang Aryaprastya Agus, atau panggil saja Gusti Arya adalah seorang dosen seni tari, juga peneliti seni tradisional di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, sekaligus seorang pelatih Tari bali dan tari nusantara di beberapa sanggar bandung juga di Bali. seperti Sanggar Natyanataraja yang terletak di jalan Merdeka No. 64 Bandung, juga Sanggar Sekar Tampaksiring di jalan Ciung Wanara dekat Istitut Teknologi Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)